Perpustakaan

Terbawa oleh angin yang berhembus menembus kulit sedingin salju menusuk hatiku. Ku arungi seribu pulau namun aku hanya bisa mendarat sekali. Badai datang menerjang disaat hati ini sedang bimbang akan kepastian. Kenapa hujan pun datang mengguyur seluruh angan-angan. Kecewa akan takdir, namun apa daya aku bukan tuhan sehingga aku tak bisa bertahan melawan. Aku hanya manusia yang berjuang untuk menuntut keadilan.
            Ku berjalan menyusuri jalan setapak dengan seorang diri, ku lihat sekitar jalan banyak mobil, sepeda motor saling berkejaran. Aku hanya tersenyum melihat orang berjualan di emper-emper jalan. Betapa senangnya mereka ketika daganganya laku, begitu juga aku betapa senangnya jika aku bisa naik motor. Tapi semuanya hanya khayalan, aku tetap saja berjalan kaki. Apa karena aku miskin sehingga aku di takdirkan untuk tetap berjalan kaki.
            Hari ini aku akan menemui pak Hendar Purnomo beliau adalah orang yang akan membantuku dalam pengambilan informasi yang aku butuhkan sebagai bahan skripsiku. Dari kota gede aku berjalan kemudian naik jalur tujuh hingga di pertengahan jalan aku di turunkan karena kata supirnya bisnya sudah akan di gunakan untuk melayat. Dengan berat hati aku dan para penumpang lainya turun dan siap menunggu jalur tujuh lainya.
            Lima menit kemudian datanglah jalur tujuh dan kita di operkan. Aku langsung duduk mencari tempat yang strategis untuk melihat keluar. Setelah sampai tujuanku aku langsung turun tepat di pertigaan disebelah kananya ada sebuah gedung perpustakaan ternama di jogjakarta. Aku bernafas lega akhirnya aku bisa sampai juga tanpa aku hiraukan sekelilingnya aku berjalan sampai pintu perpustakaan.
            Tanpa ada rasa canggung aku langsung menuju sasaranku yaitu lantai 2 sebelumnya aku melihat keramaian di pintu masuk perpustakaan. aku tak memiliki firasat apapun aku hanya membaca tulisan Seminar Nasional dan aku langsung mengabaikannya. Setelah di lantai 2 aku langsung keruangan pak Hendar dan ternyata ruanganya kosong tanpa ada satu manusia. Aku shock tak ada siapa-siapa diruangan beliau kenapa sepi ya….(aku langsung keluar ruangan dan melihat kanan kiri siapa tahu ada orang dan aku bisa bertanya namun tak ada siapa-siapa) aku menuju ruang duduk di sebelah kanan ruangan beliau sambil menunggu mungkin saja nanti kelihatan jika beliau datang. Namun hampir satu jam aku belum melihat bapaknya, aku semakin tak bisa menahan aku heran saja sms juga tidak dib alas jadi BETE.
            Aku mulai menyalakan laptop bututku, aku pikir aku bisa online tapi ternyata tidak bisa tambah bête banget jadinya. Setelah aku perhatikan orang-orang disini cuek-cuek aku jadi malas lama-lama di perpustkaan mungkin karena bukan lingkunganku.
            Kulihat keluar dari jendela kaca banyak orang keluar masuk menggunakakan mobil dan sepeda motor sedangkan aku hanya mengandalkan kaki.
            Kurasakan kejenuhan dalam penantian apa yang harus aku lakukan Tuhan tolong bantu hambamu ini. Aku sudah tidak nyaman dengan keadaanku rasanya ingin pergi saja tapi itu tidak mungkin karena setiap aku sebel aku pasti akan lari dan akhirnya aku menyesali.
            Wahai kehidupan yang tak abadi bawalah aku kesebuah tempat yang mana kau sebut dengan kesuksesan. Angin sampaikan salam hangat untuk tuhan agar bisa ku utarakan apa yang sedang aku rasakan dan aku bingung apa yang harus aku lakukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

good